Sabtu, 24 Juni 2017

Empat Budi Besar


Empat Budi Besar

Di dalam Pintu Buddha setiap hari dibacakan Gatha Pelimpahan Jasa : “Membalas empat budi besar dan menolong mereka di tiga alam sengsara”. Bila kita membicarakan budi, hari ini kita menerima budi orang lain, sepertinya sudah sepantasnya, tidak punya lagi rasa terima kasih, mana boleh begitu.

Orang lain memberi hadiah pada kita, memberi persembahan kepada kita, banyak orang bahkan mengucapkan sepatah terima kasih juga merasa enggan, bahkan ekspresi wajah pun tidak ada sama sekali, barulah terpikir bagaimana masyarakat ini tidak mengundang datangnya bencana! Ini yang disebut tidak tahu balas budi. Orang yang lupa budi takkan ada balasan baiknya.

Empat budi besar, yang pertama adalah “Budi ayahbunda”, yang kedua adalah “Budi Guru”, Buddha dan Bodhisattva adalah guru.

Ayahbunda melahirkan kita, budi ini tidak boleh kita lupakan. Bagaimana caranya membalas budi ayahbunda? Yakni diri sendiri menjadi insan suci dan bijak, melenyapkan kekotoran batin, mengembangkan kebijaksanaan, mengakhiri samsara, keluar dari Triloka, begini barulah disebut membalas budi ayahbunda.

Pepatah Buddhis mengatakan : “Seorang anak berhasil mencapai KeBuddhaan, sembilan leluhurnya terlahir ke Surga”. 

Kalau kita tidak berhasil dalam melatih diri, bagaimana bisa membalas budi ayahbunda? Hadirin sekalian bila membaca “Ksitigarbha Sutra” maka akan mengetahui apabila pelatihan diri sendiri berhasil, maka ayahbunda masa kelahiran lampau, kakek nenek, kakek buyut dan nenek buyut, juga ikut menikmati manfaatnya, terlahir di alam yang lebih baik.

Kebijaksanaan kita peroleh dari guru, andaikata bukan guru yang mengajari kita, bagaimana kita bisa tahu bahwa di dunia ini ada Buddha Dharma? Bagaimana bisa tahu bahwa di dunia ini ada ajaran insan suci dan bijak? Maka itu budi kebajikan guru melampaui budi ayahbunda.

Yang ketiga adalah “Budi Negara”, tanpa negara anda akan jadi tuna wisma, tanpa perlindungan dari negara, jiwa dan raga tidak berdaya memperoleh rasa aman. Orang jaman dulu berkata bahwa segala keperluan kita berasal dari tanah, untuk memberi makan pada tubuh jasmani kita; sebidang tanah yang kita huni ini, sebidang tanah ini berbudi padaku, maka itu harus tahu balas budi. 

Yang keempat adalah “Budi semua makhluk”. Semua makhluk berbudi pada kita, mengapa demikian? Manusia adalah makhluk sosial, tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Makanan yang kita konsumsi ditanam oleh petani, pakaian yang kita kenakan membutuhkan tenaga kerja untuk menjahitnya, seluruh komponen masyarakat memiliki keterkaitan dengan diriku, mereka berbudi padaku.

Orang jaman dulu berkata : “Budi setetes air dibalas dengan sumber air”, orang yang ingat budi dan tahu balas budi, barulah disebut manusia. Sebaliknya lupa budi dan tidak tahu balas budi, terus terang, orang begini lebih parah dari binatang, oleh karena hewan saja tahu balas budi.

Dari sini dapat diketahui bahwa orang yang lupa budi tidak tahu aturan jadi manusia yang seutuhnya, akibatnya pasti jatuh ke Neraka Avici. Ingat budi dan tahu balas budi merupakan syarat awal untuk melakukan kebajikan, merupakan akar dan sumber dari melakukan kebajikan. 

Maha-prajna-paramita-sastra menyebutkan bahwa ingat budi dan tahu balas budi merupakan materi utama pelatihan diri bagi Bodhisattva tingkatan kedua dan ke atas, maka itu Bodhisattva tingkatan kedua yang benar-benar telah mengamalkannya.

Gatha Pelimpahan Jasa hanya terdiri dari delapan kalimat, sedangkan “Membalas empat budi besar dan menolong mereka di tiga alam samsara” sudah mencakup dua kalimat, oleh karena kedua hal ini amatlah penting!

Para praktisi senior jaman dulu, para Buddha dan Bodhisattva, Bodhisattva Dharmakaya, telah mengamalkan “Menerima budi setetes air, membalas dengan sumber air”, takkan melupakan budi kebajikan orang lain, maka itu kita memberinya gelar Buddha dan Bodhisattva, Bodhisattva Dharmakaya.  

“Membalas empat budi besar”, lantas apa yang kita gunakan untuk membalas budi? Yakni dengan “Semoga jasa kebajikan ini”. Apabila anda setiap hari begitu serius melatih diri, inilah jasa kebajikan; kalau cuma penampilan luar semata, maka “Gatha Pelimpahan Jasa” yang anda bacakan hanya untuk menipu diri sendiri dan mengelabui orang lain. Hal ini mesti dipahami.

(Dipetik dari “Tujuan Pelatihan Pure Land Learning College Association” 21-112-06.21-112-07)



佛門裡天天念迴向偈:「上報四重恩,下濟三途苦。」講到「恩」,今天我們接受別人的恩惠,好像是應該的,感恩的念頭都生不起來,這怎麼得了!別人贈送、供養我們東西,許多人連「謝謝」這一聲都沒有,表面的敷衍都沒有,然後才想到這個社會怎麼不遭難!這是忘恩負義。忘恩負義之人,不會有好果報。

四重恩,第一是「父母恩」,第二是「老師恩」,佛菩薩是老師。父母生我們、養我們,這個恩德不能忘記。如何能報父母恩?自己成聖成賢,斷煩惱,開智慧,了生死,出三界,這是真報父母恩。佛家諺語常講:「一子成佛,九祖生天。」我們不能成就,怎麼能報父母恩?諸位讀《地藏菩薩本願經》就知道,自己修行有成就,過去的父母、祖父母、曾祖父母都沾光,都超生。我們的智慧得自於老師,若不是老師的教導,我們怎麼知道世間有佛法?怎麼知道世間有聖賢的教誨?所以,老師的恩德比父母還大。

第三是「國家恩」,從前講國主恩,你沒有國家,你在今天這個社會沒有國籍,你是世界上的流浪者,沒有國家保護你,身心都得不到安穩。古人講「食毛踐土」,我們生活所需是這個地上生產的,來供養我們這個身體;我們居住在這塊土地,這塊土地對我有恩,所以,要知道報恩。

第四是「眾生恩」。一切眾生對我有恩,為什麼?人是社會動物,離不開人群生活。我們吃的東西是農夫種的,穿的衣服是工人織的,所有社會一切大眾與我的生活息息相關,都有恩德。古人講:「滴水之恩,湧泉相報」,知恩報恩才是個人。如果你不知恩,不知報恩,說老實話,連畜生都不如,因為畜生都懂得報恩。

由此可知,忘恩負義的人不懂得做人的道理,果報決定在阿鼻地獄。知恩報恩是「行好事」的先決條件,這是「行好事」的大根大本。在佛法裡面,到什麼地位的菩薩才落實知恩報恩?《大智度論》說,知恩報恩是二地菩薩以上主修的課程,所以二地菩薩才真正落實了。

迴向偈只有八句,而「上報四重恩,下濟三途苦」就佔了兩句,因為這兩樁事情要緊!古大德、諸佛菩薩、法身大士確實受人滴水之恩,必定湧泉為報,對於恩德念念不忘,所以我們尊稱他為佛菩薩,尊稱他為法身大士。

而「上報四重恩」,我們要拿什麼報恩?「願以此功德。」如果你每天認真修行,那是功德;若是敷衍塞責,你念迴向偈就是自欺欺人。這一定要曉得。

  (節錄自「淨宗學院培訓目標」21-112-06.21-112-07